Saturday, September 17, 2011

Muak dengan yang sok "Mahasiswa"


Sorry ya kalo judulnya kurang sopan, terus terang saja kemarin gue muak banget sama orang" yang sok keritis terhadap Pendidikan Indonesia. Okelah gue juga akuin bahwa pendidikan kita masih buruk dibanding Singapore, Korea Selatan, Jepang ataupun negara-negara Asia lain. Kita juga harus berharap kalau pendidikan kita bakalan setara ataupun lebih baik. Yang menjadi masalah gue ga enak, mengapa "mereka" hanya menyoroti sisi negatifnya saja. Faktanya tidak sedikit kok yang bisa dibanggain dari pendidikan kita.

Yang gue salut adalah pemikiran dair Pak Yo (Yohanes Surya), beliau adalah seorang pendidik yang serius memperhatikan Pendidikan Indonesia. Beliau tidak hanya berargumen, tetapi beliau juga menerapkan apa yang diyakini beliau baik. Dia memikirkan apa yang salah, jika di Singapore saja jam belajarnya yang sedikit bisa semaju sekarang tetapi kenapa di Indonesia yang jam belajarnya banyak malah pendidikannya kurang baik.


Dan jawabannya adalah "basic", tentu dari hal dasarlah kita bisa meng-explore suatu disiplin ilmu. Dan sebenarnya apa yang basic itu? jawabanya adalah berpikir benar/berlogika benar, yang dimaksud adalah bermatematika yang benar. Kita harus menguasai matematika sebisa mungkin. Karena dengan matematika dipakai di semua disiplin ilmu. Dengan bermatematika dari hal dasar sampai tahap advance  beliau mengungkapkan kalo 10-30 tahun kedepan kita bisa berubah. Matematika bisa merubah peradaban > http://www.yohanessurya.com/news.php?pid=101&id=194

Gue muak dengan omongan kalo Indonesia hanya setara bahkan lebih buruk dari negara Afrika dan blablabla.. Heran, mengapa mereka percaya begitu saja dengan lembaga survey. Kenapa kita mendapatkan hasil begitu buruknya? jawabannya adalah pemerataan penduduk. Indonesia itu beragam bung, bukan satu suku. Pemerintah juga terus berusaha untuk meratakan sbaik-baiknya pendidikan, tetapi itu semua perlu waktu. Kita tidak bisa "tring" seperti sulap begitu saja. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah.

Itu karena di kita banyak korupsi, malas, dan blablabla... Ok gue akuin kalo masalah KKN itu, "KKN" yang gue maksud bukan hanya korupsi seperti Gayus ataupun Nazarudin, terlalu sempit kalo kita hanya mengaitkan korupsi dengan hal seperti itu. Bahkan gue juga masih bermasalah dengan yang satu ini, gue masih belum bisa mengatur waktu sebaik mungkin, akibatnya ada waktu yang bukan seharusnya untuk melakukan A tetapi gue lakuin. Itu  contohnya. 


Berhubungan dengan males gue tidak sependapat, males itu tidak bisa diartikan negatif dan rajin juga tidak bisa diartikan positif. The most fool think yang bertahan sampai sekarang adalah "rajin pangkal pandai/kaya".Oke selama 17 tahun yang lalu gue juga memegang hal itu, tetapi tidak untuk satu tahun terakhir ini. Bayangkan jika semua orang di dunia ini rajin, kita pasti tidak akan bisa merasakan Gadget dan otomotif.

Justru dari malas lah mobil bisa ada, dari malaslah HP bisa ada, dan dari malaslah dunia bisa secanggih sekarang. Jika semua orang rajin, semua orang akan berjalan kaki dari Bandung ke Newyork hanya untuk mengatakan "hai", jika semua orang rajin kita akan bolak-balik untuk menitipkan pesan, dsb. Tapi jangan salah penafsiran juga kalo malas positif atau rajin negatif. Yang gue maksud adalah malas dan rajin itu adalah netral.

Ok, cukup segitu kita berbicara malas dan rajin, kembali ke topik. Gue juga mendukung pemerintah yang sekarang ini sedang berusaha menerapkan "critical thinkink" sejak dasar. Karena dengan berpikir keritislah masalah-masalah klasik sperti di atas bisa diminimalisir. Dengan berpikir keritis kita tidak akan menerima begitu saja suatu hal yang janggal seperti mitos-mitos dsb. Karena gue akuin juga kalo seorang intelektual Indonesia juga pernah berkunjung ke dukun untuk menyelesaikan masalahnya. hahaha...

Jadi orang bodoh itu seperti apa sih?  doing the same thing over and over and expecting different results. dan sebaliknya orang pinter. Dan potensi SDM Indonesia tidak seburuk itu, kita tidak bisa menyalahkan begitu saja pada SDM, kita perlu waktu dan doing. Itulah jawabannya. 

Tetapi, gua juga ada yang ngeganjel tentang kurikulum kita. Kenapa sih harus banyak bidang study di sekolah? ini pendapat gue, di SMA dulu kurang lebih ada 18 mata pelajaran yang dipelajadi setiap minggunya dan semua itu menuntut gue harus lulus, gue ga bisa ngebayangin betapa stressnya seorang siswa yang terus disuapi pelajaran-pelajaran itu. Gue baru sadar kalo semua pelajar SMA itu terlalu advance. Tapi, gue salut kalo ada yang bisa bertahan dengan baik.

Oh ya, hampir gue lupa nulis. Kualitas guru juga berpengaruh terhadap pendidikan kita. Guru yang hanya menerangkan cara menyelesaikan masalah dengan sistematis/cara-cara yang membuat murid tidak kreatif, padahal SMA itu perlu banget kreatif. Bagaimana tidak? kebanyakan siswa SMA menghitung 97x8 dengan cara sistematis atau cara yang sama ketika di SD. Mereka tidak memikirkan kenapa tidak (100-3)8 saja? itu lebih mudah bukan? Gue harap kedepan semua guru-guru di Indonesia bisa mendidik murid-muridnya dengan konsep yang jelas dan bisa mendorong muridnya untuk ber-explore atau ber-kreatif.

Pengalaman gue, di SMA gue parah banget yang namanya KIMIA. Kenapa? ceritanya ketika kelas 1 gue hanya belajar full konsep hanya sampai semester 1 (sampai bab ikatan kovalen) dan semester 2 digantikan oleh guru yang sama-sama belajar seperti kita artinya dia juga tidak mengerti itu. Efeknya di kelas 2 dan 3 gue kesulitan belajar kimia. Padahal Guru kelas 2 dan 3 adalah guru kimia yang memang mereka dari Jurusan Kimia. Gue gag bisa berkembang banyak waktu itu, gue kesal sama yang namanya kimia, yang gue bisa adalah menghitung elektron valensi, ikatan ion, ikatan kovalen, yang hanya tau golongan A, gue tidak mengerti sama sekali tentang karbon, oksidasi, dsb.

Tetapi setelah beberapa bulan terakhir gue belajar dari hal dasar lagi, ternyata kimia itu tidak sulit kok, kimia itu sama menyenangkannya dengan matematika kok. Nah, sekarang gue ngerti apa masalah kenapa 18 jam pelajaran tiap minggu itu tidak efektif. Dan jawaban nya adalah hal dasar/basic.

Sekarang, jangan terus menyalahkan pemerintah lah.Atau terus berpendapat jangan ini lah.. itu lah.. harus begini lah, seharusnya begitu lah.. sampai kapanpun pendapat orang akan selalu berbeda, tetapi apa jadinya jika semua pendapat itu salah? sukur-sukur kalau benar, karena kebanyakan orang Indonesia masih belum bisa berfikir benar/bernalar logis. 

Sekarang, marilah kita belajar lagi dari hal-hal dasar dan jadikan esok selau lebih baik dari sekarang. Kritikan itu penting, tetapi jika terlalu mengkritik itu juga salah. Jadilah orang kreatif, jangan bergantung pada suatu hal atau seseorang. Gue percaya bahwa kebanyakan orang itu niatnya baik, tetapi karena cara berpikir mereka yang salah maka perbuatan mereka salah juga. Yakinlah kalo mental-mental semua orang Indonesia itu gigih, tidak mudah menyerah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.